~5~
berhubung hari ini aku pulang cepat karena hari ini hari terakhir UAS maka aku mengajak arin untuk mencari tahu tentang sosok sandy yang misterius itu dan arin pun setuju. ketika aku dan arin tiba di rumah besar itu, aku mencoba untuk menyalakn bel supaya ada yang keluar dari rumah itu, dan aku berharap itu sandy.
"permisi...!!! permisi !!!" teriak aku dan arin berkali-kali.
setelah lama aku dan arin menunggu lama di depan rumah itu, nenek yang tadi pagi ku jumpai pun keluar.
"permisi neek." sapa aku berusaha ramah dengan nenek itu.
"iya de', ada apa? ade ini yang tadi pagi itu kan?" katanya masih ingat denganku.
"iya nek iya, apa kami boleh masuk nek?" tanya aku pada nenek itu.
"ohh iya ayo silahkan masuk." kata nenek memperbolehkan aku dan arin masuk. "mari duduk." kata nenek meminta aku dan arin untuk duduk,
"sofa yang empuk." batinku.
"ada urusan apa ya de?" tanya nenek itu pembuka pembicaraan sambil membawakan minuman dari arah dalam.
"ohh gini nek, saya mau nanya sesuatu sama nenek, boleh?" kataku dan arin hanya diam saja.
"hmm memang ade mau nanya tentang apa?" tanya nenek itu.
"apa bener anak laki-laki yang bernama shandy tinggal disini?" tanya aku sedikit ragu.
nenek itu langsung diam dan murung ketika mendengar pertanyaan ku barusan.
"nekk, nenek kenapa? saya salah ya?" tanya aku tidak enak.
"ohh nggak kok, kamu nggak salah, nenek saja yang terlalu berlebihan." kata nenek
namun di saat aku ingin menanyakan kembali pertanyaan itu, aku dengar suara seorang yang lain.
"kaka yang namanya ka chika ya?" tanya seorang yang lain itu.
"hmm yaudah kalian ngobrol ajja, nenek mau ke kamar dulu." kata nenek sambil berjalan menuju kamarnya.
"hah? iya, kamu siapa? kok kamu tau nama aku?" kataku kaget dan heran.
"kenalin kak, nama aku resti, aku adik ka sandy." jawab seorang lain itu memperkenalkan diri.
"ohh resti? jadi bener sandy tinggal disini? trus kamu tau darimana nama aku?" tanya masih sangat heran.
"iya aku resti, bener kak, ka sandy tinggal disini, tapi uda pindah dari 2 minggu yang lalu. yaa aku tau nama kaka dari ka sandy sendiri." katanya menjelaskan.
"loh? pindah? pindah kemana? tapi kok tadi pagi aku ngeliat sandy lagi duduk di depan teras rumah ini., trus sandy tau nama aku dari mana?" kataku masih terus bertanya.
"apa? kaka ngeliat kak sandy?" kata resti sambil terduduk lemas di sofa depanku.
"loh? kamu kenapa res?" kataku aku panik, dan arin pun juga panik.
"nggak kenapa2 kok kak." kata resti masih dalam keadaan lemas. "aku mau cerita yang sebenarnya sama kaka." kata resti melanjutkan.
"iya uda ceritain ajja semuanya." kata arin antusias.
"jadi gini, yaa ka sandy itu kaka aku, dia memang tinggal disini, sampai kapanpun itu. aku tau nama kaka dari ka sandy." cerita resti dengan nada bergetar seperti ingin menangis.
"hah? maksud kamu apa?" kata chika makin bingung dan tak mengerti
"ka sandy suka sama kaka, dari pertama kali ketemu, kaka inget? waktu kaka lagi repot membawa peralatan untuk mabis SMA?" cerita resti sambil bertanya.
"ohh iya iya aku inget, jadi cowo yang nolongin aku itu sandy? kakak kamu? dia yang bawain semua barangbarang aku sampai ke sekola?" tanya aku terus-menerus.
"iyaa cowo itu sandy, kakaku. dia suka sama kaka karena muka panik kaka yang kerepotan waktu itu. cuma waktu itu dia sedikit nyesel, karena ngga tau siapa nama kaka." kata resti sambil tersenyum.
"terus-terus?" tanyaku lagi.
"mulai saat itu, dia jadi lebih sering dan suka duduk di depan teras pagi-pagi cuma untuk ngeliat kaka lewat depan rumah kami." kata resti lagi.
"loh? kenapa dia ngga nanya nama aku pas aku lagi lewat itu?." tanya ku.
"waktu itu sempet sih dya mau nanya, cuma waktu dia mau nyapa kaka, ehh uda ada cowo lain yang ngajakin kaka ngobrol, dan dia fikir itu pacar kaka. makanya dia ngga punya niat lagi untuk tau siapa nama kaka." kata resti. "oia tunggu sebentar ya kak." kata resti sambil berjalan menuju kamarnya untuk mengambil sesuatu.
dan ketika dia kembali "ini punya kaka kan?" tanya resti sambil memperlihatkan handuk hijau kecil bertulis namakan "chika".
"loh? iya ini kan punya aku yang ilang, kok bisa sama kamu?" tanya aku makin heran.
"handuk itu bukan sama aku kak, tapi sama ka sandy sampai nafas terakhirnya berhembus. jadi waktu itu hujan turun lebat, ketika itu ka sandy sedang duduk di teras, ia melihat kaka berjalan tanpa payung, dan tanpa kaka sadarin, handuk ini jatuh persis di depan rumah ini, akhirnya ka sandy pun mengambil payung dan berusaha mengejar kaka untuk mengembalikkan handuk itu, tapi kaka ngga denger meskipun ka sandy terus-terusan berteriak, dan saat kaka uda di sebrang jalan, tanpa liat kanan kiri lagi, ka sandy menyebrang dan dia pun tertabrak mobil dan saat itu juga kaka sudah naik angkutan umum." cerita resti sambil meneteskan air matanya.
"kalo kamu ngga kuat, ngga usa di lanjutin juga ngga apa-apa" kata arin yang mulai tak tega.
"ngga apa-apa kok kak, aku harus nyampein semuanya sama ka chika, setelah tertabrak ka sandy sempet koma, namun 3 hari ia di rawat ia pun meninggal, dan sebelum meninggal dia masi memegang handuk ini dan meminta aku untuk menceritakan semua sama kaka, dan mengembalikkan handuk ini ke kaka." lanjut resti berusaha untuk tidak nangis.
"lalu yang ketemu aku dua hari lalu trus tadi pagi dan tadi di sekola itu arwah sandy?" tanya chika mulai mengerti.
"bukan hanya kaka saja yang bertemu dengannya, aku juga bertemu dengannya tadi pagi." kata resti memberi tahu.
"yaampun rin, nggak nyangka gua, ada orang yang begitu sayang sama gua tapi gua ngga tau itu." kata ku sambil memeluk arin dan menangis.
"kamu tau makan sandy kan?" tanya arin pada resti.
"iya tau kak. kenapa?" tanya resti balik.
"bagaimana kalo besok kita ziarah ke makan nya sandy?" usul arin, chika dan resti pun setuju.
keesokannya, chika, arin resti dan nenek berziarah ke makan sandy. setelah mereka selesai berdoa, chika pun berbicara pada nisan sandy "sandy, maafin gua ya, karena gua gg tau tentang semuanya, maaf..!! terima kasih untuk perasaan sayang lo yang begitu berarti. mungkin gua ngga bisa lo miliki saat itu, tapi percaya, meskipun lo uda ngga ada. gua akan mengenang lo dan perasaan lo."
~selesai~
"permisi...!!! permisi !!!" teriak aku dan arin berkali-kali.
setelah lama aku dan arin menunggu lama di depan rumah itu, nenek yang tadi pagi ku jumpai pun keluar.
"permisi neek." sapa aku berusaha ramah dengan nenek itu.
"iya de', ada apa? ade ini yang tadi pagi itu kan?" katanya masih ingat denganku.
"iya nek iya, apa kami boleh masuk nek?" tanya aku pada nenek itu.
"ohh iya ayo silahkan masuk." kata nenek memperbolehkan aku dan arin masuk. "mari duduk." kata nenek meminta aku dan arin untuk duduk,
"sofa yang empuk." batinku.
"ada urusan apa ya de?" tanya nenek itu pembuka pembicaraan sambil membawakan minuman dari arah dalam.
"ohh gini nek, saya mau nanya sesuatu sama nenek, boleh?" kataku dan arin hanya diam saja.
"hmm memang ade mau nanya tentang apa?" tanya nenek itu.
"apa bener anak laki-laki yang bernama shandy tinggal disini?" tanya aku sedikit ragu.
nenek itu langsung diam dan murung ketika mendengar pertanyaan ku barusan.
"nekk, nenek kenapa? saya salah ya?" tanya aku tidak enak.
"ohh nggak kok, kamu nggak salah, nenek saja yang terlalu berlebihan." kata nenek
namun di saat aku ingin menanyakan kembali pertanyaan itu, aku dengar suara seorang yang lain.
"kaka yang namanya ka chika ya?" tanya seorang yang lain itu.
"hmm yaudah kalian ngobrol ajja, nenek mau ke kamar dulu." kata nenek sambil berjalan menuju kamarnya.
"hah? iya, kamu siapa? kok kamu tau nama aku?" kataku kaget dan heran.
"kenalin kak, nama aku resti, aku adik ka sandy." jawab seorang lain itu memperkenalkan diri.
"ohh resti? jadi bener sandy tinggal disini? trus kamu tau darimana nama aku?" tanya masih sangat heran.
"iya aku resti, bener kak, ka sandy tinggal disini, tapi uda pindah dari 2 minggu yang lalu. yaa aku tau nama kaka dari ka sandy sendiri." katanya menjelaskan.
"loh? pindah? pindah kemana? tapi kok tadi pagi aku ngeliat sandy lagi duduk di depan teras rumah ini., trus sandy tau nama aku dari mana?" kataku masih terus bertanya.
"apa? kaka ngeliat kak sandy?" kata resti sambil terduduk lemas di sofa depanku.
"loh? kamu kenapa res?" kataku aku panik, dan arin pun juga panik.
"nggak kenapa2 kok kak." kata resti masih dalam keadaan lemas. "aku mau cerita yang sebenarnya sama kaka." kata resti melanjutkan.
"iya uda ceritain ajja semuanya." kata arin antusias.
"jadi gini, yaa ka sandy itu kaka aku, dia memang tinggal disini, sampai kapanpun itu. aku tau nama kaka dari ka sandy." cerita resti dengan nada bergetar seperti ingin menangis.
"hah? maksud kamu apa?" kata chika makin bingung dan tak mengerti
"ka sandy suka sama kaka, dari pertama kali ketemu, kaka inget? waktu kaka lagi repot membawa peralatan untuk mabis SMA?" cerita resti sambil bertanya.
"ohh iya iya aku inget, jadi cowo yang nolongin aku itu sandy? kakak kamu? dia yang bawain semua barangbarang aku sampai ke sekola?" tanya aku terus-menerus.
"iyaa cowo itu sandy, kakaku. dia suka sama kaka karena muka panik kaka yang kerepotan waktu itu. cuma waktu itu dia sedikit nyesel, karena ngga tau siapa nama kaka." kata resti sambil tersenyum.
"terus-terus?" tanyaku lagi.
"mulai saat itu, dia jadi lebih sering dan suka duduk di depan teras pagi-pagi cuma untuk ngeliat kaka lewat depan rumah kami." kata resti lagi.
"loh? kenapa dia ngga nanya nama aku pas aku lagi lewat itu?." tanya ku.
"waktu itu sempet sih dya mau nanya, cuma waktu dia mau nyapa kaka, ehh uda ada cowo lain yang ngajakin kaka ngobrol, dan dia fikir itu pacar kaka. makanya dia ngga punya niat lagi untuk tau siapa nama kaka." kata resti. "oia tunggu sebentar ya kak." kata resti sambil berjalan menuju kamarnya untuk mengambil sesuatu.
dan ketika dia kembali "ini punya kaka kan?" tanya resti sambil memperlihatkan handuk hijau kecil bertulis namakan "chika".
"loh? iya ini kan punya aku yang ilang, kok bisa sama kamu?" tanya aku makin heran.
"handuk itu bukan sama aku kak, tapi sama ka sandy sampai nafas terakhirnya berhembus. jadi waktu itu hujan turun lebat, ketika itu ka sandy sedang duduk di teras, ia melihat kaka berjalan tanpa payung, dan tanpa kaka sadarin, handuk ini jatuh persis di depan rumah ini, akhirnya ka sandy pun mengambil payung dan berusaha mengejar kaka untuk mengembalikkan handuk itu, tapi kaka ngga denger meskipun ka sandy terus-terusan berteriak, dan saat kaka uda di sebrang jalan, tanpa liat kanan kiri lagi, ka sandy menyebrang dan dia pun tertabrak mobil dan saat itu juga kaka sudah naik angkutan umum." cerita resti sambil meneteskan air matanya.
"kalo kamu ngga kuat, ngga usa di lanjutin juga ngga apa-apa" kata arin yang mulai tak tega.
"ngga apa-apa kok kak, aku harus nyampein semuanya sama ka chika, setelah tertabrak ka sandy sempet koma, namun 3 hari ia di rawat ia pun meninggal, dan sebelum meninggal dia masi memegang handuk ini dan meminta aku untuk menceritakan semua sama kaka, dan mengembalikkan handuk ini ke kaka." lanjut resti berusaha untuk tidak nangis.
"lalu yang ketemu aku dua hari lalu trus tadi pagi dan tadi di sekola itu arwah sandy?" tanya chika mulai mengerti.
"bukan hanya kaka saja yang bertemu dengannya, aku juga bertemu dengannya tadi pagi." kata resti memberi tahu.
"yaampun rin, nggak nyangka gua, ada orang yang begitu sayang sama gua tapi gua ngga tau itu." kata ku sambil memeluk arin dan menangis.
"kamu tau makan sandy kan?" tanya arin pada resti.
"iya tau kak. kenapa?" tanya resti balik.
"bagaimana kalo besok kita ziarah ke makan nya sandy?" usul arin, chika dan resti pun setuju.
keesokannya, chika, arin resti dan nenek berziarah ke makan sandy. setelah mereka selesai berdoa, chika pun berbicara pada nisan sandy "sandy, maafin gua ya, karena gua gg tau tentang semuanya, maaf..!! terima kasih untuk perasaan sayang lo yang begitu berarti. mungkin gua ngga bisa lo miliki saat itu, tapi percaya, meskipun lo uda ngga ada. gua akan mengenang lo dan perasaan lo."
~selesai~
Komentar
Posting Komentar