Salah Paham


Siang itu aku putuskan untuk bertemu dengan Kak Sandy, kakak kelas ku di SMA Bhakti Mulya. Jujur, sebenarnya aku malas sekali untuk keluar di tengah siang yang panas ini, tapi klo terus-terusan kaya gini aku juga nggak kuat.
“hai de!!” sapa suara yang tidak asing lagi di telinga ku, yah itu suara Kak Sandy. Sudah lama kami tidak bertemu setelah ia lulus sekolah menengah atas bulan lalu.
“hai kak!!” jawab aku dengan senyum tipis, “silahkan duduk, kakak mau pesan apa kak?” sambung aku menawarkan Kak Sandy ketika seorang pelayan menghampiri kami.
“hmm saya mau jus lemon nya deh mba” pesan Kak Sandy pada pelayan itu. “makanannya kak?” Tanya aku. “nggak usah, tadi kakak abis makan” jawabnya. “ohh yaudah, saya pesan jus alpukat ya mba”. Kata ku memesan.
“ada yang mau di pesan lagi kak?” Tanya pelayan itu pada kami. “nggak mba” jawab kami kompak, dan pelayan itu hanya tersenyum dan berlalu dari pandangan ku.
            Sempat sesaat kami terdiam tak bicara, sebenarnya ada banyak yang ingin aku tanyakan pada Kak Sandy, soal sikapnya yang berubah pada ku akhir-akhir ini namun aku bingung untuk memulai pembicaraan itu.
“tumben de, lo ngajak kakak ketemuan disini?” katanya dengan heran,
“karena gua mau Tanya banyak hal sama lo kak”. Jawab aku.
“mau nanya apa lo de?” Tanya Kak Sandy dengan mengernyitkan dahinya.
“yakin lo kak, uda nyiapin jawaban buat gua, karena pertanyaan gua segudang”. Kata ku sedikit kesal.
“hmm lebay lo de, yauda sih, nanya tinggal nanya”. Katanya sambil senyum tipis.
 “oke gua mau nanya, kenapa akhir-akhir ini sikap lo berubah sama gua?” kata ku memulai pertanyaan.
“sikap gua yang mana?” katanya dengan ekspresi wajah bingung.
“nggak usah pura-pura deh kak, gua yakin kok lo berubah gitu emang udah niat” kata ku mulai emosi, karena kekesalan yang sudah numpuk terlalu lama.
“ya sikap guaa yang mana?” Tanya nya ntah dia pura-pura atau memang nggak sadar.
“sikap yang mana? Dengerin gua !! sikap lo yang ngejauh dari gua, sikap lo yang udah jarang bales sms gua, sikap lo yang uda bener-bener cuek dan jutek sama gua, sikap lo yang dingin sama gua, lo beda kak. Sikap Lo ke gua, yang dulu sama yang sekarang beda 1800” kata ku dengan suara bergetar karena kekesalan yang terlalu berlarut-larut.
Mendengar semua ucapan ku barusan, Kak Sandy terdiam dan tak bicara. Pandangan matanya tajam terarah padaku, bibir nya tersenyum sinis. Jarang sekali aku melihatnya seperti ini, dan memang baru pertama kali juga aku melihat dia begini. Dia terus begitu hingga pesanan kami datang.
“permisi, ini Kak pesanannya”. Sapa pelayan dengan ramah untuk menghantarkan pesanan kami.
“terima kasih mba”  Jawab ku. Sedangkan Kak Sandy masih mematung tak berkata apapun.
“kenapa lo kak? nggak bisa jawab pertanyaan gua? Hah???!!” kata ku dengan senyum meledek.
“hmm kata siapa de, gua nggak bisa jawab pertanyaan lo?” katanya mulai bicara seteleh sekian menit berdiam diri seperti patung.
“kata gua barusan, klo emang lo bisa jawab pertanyaan gua knpa lo diem?”. Jawab ku menantang.
“hmm gua itu diem, lagi asyik ngeliatin muka lo tuh, lo lucu juga ya de klo lagi marah-marah”. Katanya sambil meminum jus lemonnya.
“hah? Lo bilang gua lucu? Gua lagi nggak bercanda kak, gua SERIUSS!!!” kata ku dengan kesalnya.
“yeaaa kata siapa juga gua bercanda, gua juga SERIUS!!” katanya dengan nada meledek.
“tau ahh, terserah lo kak, mau gimana. Tapi yang jelas gua uda keluarin semua kekesalan gua sama lo, dan terserah lo juga mau jawab apa nggak” kata ku mulai berdiri dan siap pergi dari café Damias yang pengunjungnya lumayan banyak melihat tingkah ku saat ini. “oia satu lagi, gua emang ade lo, gua emang anak kecil, tapi gua punya hati. Dan sorry kalo selama ini gua uda masuk di kehidupan lo dan gua uda ganggu hubungan lo sama Andine” kata ku melanjutkan lalu berusaha lari sekencang  mungkin agar dapat menghindar darinya.
“deee.. tunggu apa!!” kata Kak Sandy sambil berlari mengejarku.
“buat apa nunggu lo, klo ternyata lo aja bakal pergi dari gua” kata ku sambil berjalan cepat.
“ya makanya ade ku sayang, berenti dulu! Gua mau certain semuanya nih”. Katanya sambil menarik lengan ku dan aku pun berhenti menghadap dia.
“yang bener lo kak!!” kata ku meyakinkan sambil mengusap air mata yang uda terlanjur jatuh :p
“iya bener, gua bakal certain semuanya. Tapi  nggak disini malu tau diliatin orang banyak”. Katanya dengan tersenyum dan membawa aku ke mobil yang di parkirnya di depan café Damias.
Akhirnya aku di ajak oleh Kak Sandy ke sebuah taman yang indah, di taman ini banyak sekali macam-macam bunga yang aku tak tau namanya satu persatu. Ketika aku melihat bunga itu, aku langsung tertarik dan ingin memetiknya. Ingin sekali memetiknya, tapi takut terkena duri di batangnya. Melihat aku yang terus memandangi bunga itu, tiba-tiba Kak Sandy memetiknya dan di berikan kepadaku.
“ini buat lo”. Katanya sambil mengulurkan tangan untuk memberikan bunga itu kepadaku.
“makasi kak, bunganya bagus banget ya.” kata ku yang masih terkesan dengan bunga yang aku pegang ini. Ini mawar putih yang bersih, aku memang menyukainya tapi ketika teman-teman ku menanyakan alasan  aku suka mawar putih, aku nggak tau jawabnnya apa. Dan kekesalan ku pada Kak Sandy sedikit luntur karena melihat indahnya bunga ini.
“lo suka bunga itu?” Tanya nya memudarkan keheningan yang terjadi lumayan lama. “hmm iya kak, gua suka banget bunga ini”. Kata ku sambil tersenyum puas. “alasannya?” katanya lagi. “hmm gg tau deehh.” Kata ku masih tersenyum.
“yaudah duduk disitu yuk!! Kaka mau certain semuanya nih!” kata Kak Sandy sambil menunjuk sebuah bangku kosong yang ingin kami duduki. “yaudah ayo!” kataku bersemangat.
Ketika kami berdua sampai di bangku kosong itu, aku dan Kak Sandy langsung mendudukinya dan Kak Sandy mulai bercerita.
“maav ya, emang gua akuin akhir-akhir ini gua mencoba menjauh dari lo. Tapi gua menjauh juga ada maksudnya. Hmmm oke gini deh gua cerita dari awal ya”. Kata’a serius dan dengan nada yang lembut beda sekali dengan yang tadi di café. “jadi inget kan waktu lo minta nomor hape gua waktu di kantin sekolah?” Tanya nya. “iya gua inget, inget banget malah.” Jawab aku. “trus inget juga kan waktu gua ngerjain lo?” tanyanya lagi “iya kak,iya gua inget” kata ku cepat. “lo tau, saat itu gua seneng banget bisa kenal sama lo. Menurut gua, lo itu anaknya baiik, lucu, manis, ya walau terkadang aneh sii. Cuma saat itu gua masih ragu untuk yakin sama perasaan aneh yang gua rasain. Karena waktu itu juga gua masih sama Andine, gua takut nyakitin perasaan dia kalo dia tau ternyata gua udah mulai berpaling. Tapi ternyata malah Andine yang nyakitin gua de, dia jadian sama Roni teman gua seminggu sebelum kita putus.” Katanya panjang lebar.
“hah? Apa? Putus?.” Kata ku kaget.
“iya, gua udah putus sama dia. Sebenarnya setelah putus gua mau deket sama lo lagi, tapi nyatanya lo lagi deket sama temen sekelas lo, siapa tuh namanya?” tanyanya padaku.
“hah? Raka maksudnya?” Tanya ku heran.
“iya.” Jawab Kak Sandy.
“yaampun itu mah temen gua kak, dia itu selalu bantuin gua ngerjain tugas, uda gitu emang tiap ada tugas kelompok gua sama dia terus.” Kataku memberi tahu.
“iya, gua juga tau de. Tapi gua juga jadi takut kalo perasaan itu malah mempermainkan lo. gua nggak mau lo, gua jadiin pelampiasan aja. Tapi sekarang gua sadar de, kalo ternyata perasaan gua ke lo selama ini emang bener-bener perasaan sayang yang tulus. Makanya waktu lo ngajakin gua ketemu, gua seneng banget de. Dan gua uda bertekad untuk bilang sama lo kalo gua sayang sama lo.” Kata Kak Sandy sambil memeluk ku, dan tanpa sadar akupun menangis saat itu juga, karena perasaan senang, bahagia dan terharu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

kenapa kamu pakai jilbab????

Ruang Satu Periode :D

Saat Terakhir