Sesak


Hujan di waktu petang saat itu membuat  aku dan Rana teman ku terjebak di tempat les dekat sekolah, hujan cukup deras sehingga membuat ku tidak berani untuk nekat pulang saat itu. Tiba-tiba nada dering handphone tanda ada sms berbunyi dan kulihat ternyata dari Shandy, teman sekelas ku. “kin, maaf ya tadi sikap gua aneh sama lo.” Katanya dalam pesan singkat itu.
“hah? Sikap aneh lo yang mana shan?” tanyaku dalam balesan pesan itu. “hha yang tadi, tapi yaudalah” balesnya lagi.
 “ihhh ngga jelas deh lo shan” bales ku geregetan pada sikap shandy saat petang menuju malam itu.
“hhee beneran gpp kin, bdw kin gua mau ngomong.” Balesnya  setengah-setengah.
“ngomong apa? Yauda ngomong aja Shan” balas ku antusias. “hem tapi ngga jadi deh” balasnya singkat, membuat ku agak kesal dibuat nya.
 “yeeeuuyy cepetan mau ngomong apa?” balesku dengan emot kesal.
“hha tapi lo harus percaya” balasnya lagi.
 “hempt iya” balasku makin singkat. “gua suka sama lo” balasnya singkat dan cukup membuat aku bergetar dan tersenyum kecil,
“hah? Sumpah demi apa lo?” tanyaku kaget tak percaya,
 “yeh beneran gua suka sama lo, gua sayang sama lo” katanya lagi,
 “ngga percaya gua” kataku tetap tidak percaya,
 “yaampuun beneran deh kin, gua suka sama lo” kata nya berusaha meyakinkan,
 “yauda deh sms lanjut nanti gua mau balik dulu, bye” jawabku mengakhiri karena hujan petang itu sudah cukup reda membuatku dan Rana bisa pulang ke rumah.
Selama diperjalanan menuju rumah, fikiran ku pun tak jauh dari semua ucapan Shandy tadi di sms itu, perasaanku abstrak tak menentu, antara percaya dan tidak, antara senang dan tidak, dan antara iya ato tidak. Tanpa terasa aku harus menurunkan Rana di depan gang rumahnya, “thanks ya Kin, hati-hati di jalan” katanya sambil turun dari motorku. “oke Ran, hati-hati juga nyebrang jalannya.” Kataku sambil membereskan tas, dan melanjutkan perjalanan menuju rumah yang masih lumayan jauh jika jalan kaki. Dan lagi-lagi fikiran ku melayang ke Shandy, “kok bisa ya Shandy suka sama gua” batinku bertanya-tanya. “tapi yaudalah biarin, toh itu hak dia” lanjut batinku berkata.
Setibanya dirumah, aku mencoba mengirim pesan singkat ke Shandy, “sorry Shan, gua baru nyampe rumah” kirim pesan singkat aku pada Shandy.
“iya gpp, gimana? Uda percaya?” Tanya Shandy melalui pesan singkat. “belom Shan, maav ya mungkin gua butuh beberapa waktu,” balas aku pada pesan singkat Shandy.
“yauda deh terserah lo, tapi gua emang bener-bener suka sama lo” katanya, “apa yang lo suka dari gua deh Shan?” tanyaku penasaran melalui pesan singkat.
 “ngga tau kenapa, yang jelas hati gua uda milih lo, gua yakin itu” kata nya membuat ku tersentuh. Akhirnya aku dan Shandy pun terus saling mengirim pesan singkat dan membicarakan hal itu.
Lalu pada malam selanjutnya Riska teman ku dan teman Shandy mengirimi aku pesan singkat, “Shandy beneran sayang sama lo Kin, malah sebelum dia sama Tika.” Isi sms riska padaku,
“ouh gitu ya Ris, tapi gua Cuma takut aja dijadiin pelampiasan sama Shandy, soalnya kan belum lama ini dia cerita ke gua soal sakit hatinya dia sama  Tika Ris,” balasku jujur.
 “yauda semua terserah lo, gua Cuma mau ngasih tau aja. Kasian tuh dia uda lama nungguin lo” kata Riska meyakinkan aku.
Hari demi hari berlalu, aku berusaha untuk bisa mempercayainya, dan Shandy pun tetap berusaha meyakinkan aku. Aku dan Shandy terus saling mengirim pesan singkat, terkadang sampai malam, dan sampai aku terlelap tidur.  Pada suatu hari aku pun mulai menyadari, bahwa aku mempunyai perasaan yang sama, namun aku bingung dengan komitmen yang memang tidak mau memiliki hubungan apa-apa sampai aku lulus UN dan masuk di PTN harapanku. Berusaha aku memberi pengertian pada Shandy soal komitmen ku itu, namun aku tak yakin dia bisa menerima sepenuhnya. Meskipun begitu kami tetap menjalin komunikasi dengan baik, kami jalan bersama dan menonton film disalah satu bioskop di Jakarta, lalu kami mencari buku untuk bahan tugas kelompok, dan kami juga mengerjakan tugas bersama-sama dengan bantuan Riska dirumahnya, senang rasanya bisa lebih dekat dan lebih memahami Shandy ketika itu.
Namun, disaat aku mulai membangun kepercayaan tentang perasaannya, Shandy malah menjaga jarak padaku dan membuat kondisi sedikit tidak nyaman. Dan sikap dia yang menjauh itu aku balas dengan menjauh juga. Dan pada suatu malam dia mengirimkan aku pesan singkat setelah satu minggu kami tidak saling mengirimi pesan singkat, “maaf ya Kin,” katanya singkat dan tak jelas, karena malam itu aku sudah tertidur lelap, pesan singkatnya pun aku balas di keesokan harinya.
 “maaf untuk apa Shan?” tanyaku dalam pesan singkat.
“ngga apa-apa Kin” katanya singkat lagi,
“ih ngga jelas,” balasku, “yee biarin” balasnya makin singkat. Setelah itu akupun bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
Setibanya di sekolah, kondisi aku dan Shandy tetap sama, yaitu cuek aku pun berusaha menanyakan sikap Shandy pada Riska, “Shandy kenapa ya Ris?” Tanya ku penasaran,
 “ouh, nanti juga dia bakal jujur sama lo” jawab Riska singkat, “oh gitu ya? Okedeh” jawab ku lagi. Akupun melanjutkan kegiatan ku yang sempat terhenti.
Dan pada malam harinya Shandy pun mengirimi aku pesan singkat dan lagi-lagi minta maaf, “kenapa si Shan?” Tanya ku kesal,
 “ngga kenapa-kenapa” jawabnya.
 “lo minta maaf karena lo mu pergi jauh? Gua juga mau pergi jauh kok ke kota sebrangg” kataku menebak sesuai feeling ku hari ini,
“iya mungkin gua akan perg jauh-jauh dari lo, yauda jaga diri lo baik-baik, jangan jadi anak gaul ya”, balasnya . lalu aku terdiam tak membalas pesan singkat Shandy itu, dan kemudian Shandy pun mengirim pesan singkat lagi,
 “maaf ya Kin, gua lagi sama yang lain, makanya gua sms minta maaf terus ke lo, tapi gua masih sayang kok sama lo” isi pesannya yang membuatku benar-benar terdiam membisu dalam waktu yang lama, tak terasa air mata ku menetes dengan deras dan tak terkontrol adanya, “ya tuhaaan, kenapa harus begini jadinya? Disaat aku sudah membangun kepercayaan itu, dia malah mengahncurkannya dengan begitu cepat” kataku membatin sambil memegang dadaku yang sesak seperti tertimpa sebongkah batu yang besar. “nyeseeeeek” batin ku lagi, air mata tak terhenti ketika aku membalas smsnya “oh ya? Sama siapa?” tanyaku penasaran,
“lo ngga perlu tau” jawabnya,
“oh yauda” kataku yang tak berhenti meneteskan air mata.
“sebenarnya gua bingung Kin, mau tetap nunggu lo ato ngga” jawab Shandy ringan.
 “sebenarnya ngga usah dibikin bingung Shan, klo emang lo yakin sama gua yang tungguin gua, tapi kalo ngga yauda lo pilih dia, dan sekarang lo uda sama dia, ilangin rasa sayang lo ke gua” kataku tegas.
Sms terhenti ketika pesan yang ku kirim tidak sampai, akupun memutuskan untuk memikirkan semuanya sambil memainkan games yang ada di laptop kesayanganku sampai aku baru tertidur tepat pukul 00.00 .
Keesokan harinya, ketika terbangun dari tidur aku mencoba mencari-cari handphone ku, dan kutemui satu pesan dari Shandy, “iya Kin, gua akan ngilangin rasa sayang itu, tapi sulit buat gua. Gua sayang sama lo” katanya.
“jangan bilang sayang Shan, batin dan hati gua ngga terima” kataku ketus.
“ouh iya maaf, gua ngga akan ngomong gitu lagi” kata nya meminta maaf.
“okee deh” jawabku singkat
“siip” jawab dia makin singkat.
“yauda mulai sekarang lo ngga perlu sms gua lagi, biar lo bisa ngelupain gua”, kataku memintanya untuk tidak mengirim sms kepadaku.
“kalo itu gua ngga tau Kin,” jawabnya pesimis.
“kenapa ngga tau? Cuma lo yang tau?” jawabku sinis.
“iya Karena lo ngga tau perasaan gua kaya gimana,” jawabnya.
“lo juga ngga tau gimana perasaan gua sekarang,” balasku, tanpa terasa air mata pun menetes kembali.
“emang apa perasaan lo?” tanyanya,
“cukup gua yang tau,” balasku singkat,
“please kasih tau gua,” pinta Shandy padaku.
“ngga bisa Shan, yaudalah perasaan gua sekarang uda bukan urusan lo lagi!, udah ya, gua mau prepare buat jalan sama temen.” Balasku bohong.
“yauda deh” jawab Shandy pasrah.
Lalu dengan sambil mncuci muka, aku pun berusaha mencerna semua yang terjadi semalam, semua sms-sms Shandy dan kata-kata itu, berusaha membangkitkan semangat yang dihancurkan olehnya, berusaha tersenyum walau pahit, berusaha mengambil hikmah dan sisi positifnya dari kejadian ini, “mugkin allah memang ingin aku untuk fokus belajar dulu” batinku bicara, dan yang terpenting adalah berusaha mengikhlaskan Sandy dengan perempuan itu. J

The end!

Komentar

  1. lia..
    cerpen'y baguus.. hehe up lose buat lu sm cerpen lu.. hehe
    _ulfi

    BalasHapus
  2. gua ikutan komen yaa..
    cerpennya bagus, pengalaman diri sendiri juga(?) . jadi cerpennya Real :))

    BalasHapus
  3. haha apa deh lah? koment nya telaat u_u

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

kenapa kamu pakai jilbab????

Ruang Satu Periode :D

Saat Terakhir