Hanya sebuah tulisan
Lama....
Lama aku dan kamu tak berjumpa,
Ya, berjumpa dalam waktu dan ruang dimensi yang tak asing,
Dengan segala pembaharuan yang berbeda dimata ku,
Namun tetap saja itu tidak asing.
Ku lebarkan senyuman itu,
Tanpa peduli perhatian orang-orang disekeliling ku..
dan kamu pun begitu,
Aku dan kamu terlihat seperti air yang merindukan muara,
Begitupun sebaliknya.
Seperti bulan merindukan bintang, begitupun sebaliknya.
Bersenda gurau lama tak terjadi,
Setelah kebisuan memuncak atas kesalahan yang tak layak didaur ulang.
Aku tertawa dan kamu tertawa,
Tertawa untuk hal yang telah lama tertinggal, terendap, bahkan terbengkalai sebab kebisuan,
Lalu, dikeramaian waktu.
Kamu berucap bahwa aku terlihat seperti orang yang sedang jatuh hati.
Terlihat seperti itukah?
Lantas, bagaimana tampak wajahku ketika kamu berucap?
Merah merona? atau berkerut abstrak seperti orang tua?
Tapi, mengapa di wajahmu seperti ada kerutan yang dipaksa menghilang padahal enggan untuk hilang?
Ada apa gerangan? Tak suka kah dirimu dengan ucapan yang kau buat sendiri?
atau kau menerka-nerka berharap aku berkata tidak?
Ah mungkinkah itu hanya perasaan tanpa arti ku saja?
Aku terhempas dalam dunia lamunan, yang enggan untuk beranjak dari sana.
Lamunan dengan segala pemikiran yang melayang-layang sesuka hati,
mencari-cari jawaban yang pasti,
Jawaban yang tak akan membawaku pada jurang yang sama.
Hingga akhirnya aku tersadar,
Bahwa......
Ya, memang kamu tahu.
Kamu tahu bahwa aku sedang jatuh cinta.
Tidak pada pangeran berkuda putih, ataupun satria berbaju baja..
Melainkan padamu, pangeran berpunggung belati.
Lama aku dan kamu tak berjumpa,
Ya, berjumpa dalam waktu dan ruang dimensi yang tak asing,
Dengan segala pembaharuan yang berbeda dimata ku,
Namun tetap saja itu tidak asing.
Ku lebarkan senyuman itu,
Tanpa peduli perhatian orang-orang disekeliling ku..
dan kamu pun begitu,
Aku dan kamu terlihat seperti air yang merindukan muara,
Begitupun sebaliknya.
Seperti bulan merindukan bintang, begitupun sebaliknya.
Bersenda gurau lama tak terjadi,
Setelah kebisuan memuncak atas kesalahan yang tak layak didaur ulang.
Aku tertawa dan kamu tertawa,
Tertawa untuk hal yang telah lama tertinggal, terendap, bahkan terbengkalai sebab kebisuan,
Lalu, dikeramaian waktu.
Kamu berucap bahwa aku terlihat seperti orang yang sedang jatuh hati.
Terlihat seperti itukah?
Lantas, bagaimana tampak wajahku ketika kamu berucap?
Merah merona? atau berkerut abstrak seperti orang tua?
Tapi, mengapa di wajahmu seperti ada kerutan yang dipaksa menghilang padahal enggan untuk hilang?
Ada apa gerangan? Tak suka kah dirimu dengan ucapan yang kau buat sendiri?
atau kau menerka-nerka berharap aku berkata tidak?
Ah mungkinkah itu hanya perasaan tanpa arti ku saja?
Aku terhempas dalam dunia lamunan, yang enggan untuk beranjak dari sana.
Lamunan dengan segala pemikiran yang melayang-layang sesuka hati,
mencari-cari jawaban yang pasti,
Jawaban yang tak akan membawaku pada jurang yang sama.
Hingga akhirnya aku tersadar,
Bahwa......
Ya, memang kamu tahu.
Kamu tahu bahwa aku sedang jatuh cinta.
Tidak pada pangeran berkuda putih, ataupun satria berbaju baja..
Melainkan padamu, pangeran berpunggung belati.
Komentar
Posting Komentar